ENORMOUSIGHT - WAJAH SEORANG PAHLAWAN

capture by vctrmrthn@yahoo.co.id

WAJAH SEORANG PEJUANG
MERRY OLIVIA DALAM PANDANGAN  ADHI WICAKSONO

ADHI WICAKSONO – Pria kelahiran jakarta, 25 tahun silam yang ramah dan bersahaja ini  adalah salah satu dari sekian banyak anak muda yang ikut ambil bagian dalam pameran GFJA XV. Adhi panggilan akrabnya berusaha menyentuh  pengunjung lewat karya “WAJAH SEORANG PEJUANG”.
 

DISADARI ATAU TIDAK, FOTO SECARA HAKIKI MERUPAKAN CARA MEMBUAT KEPUTUSAN YANG IMAJINATIF.WALAU IMAJINATIF, FOTOGRAFER DITUNTUN UNTUK MENJAGA KONSISTENSI KUALITAS, YANG HINGGA SAAT INI MASIH ELUSIF. ADHI WICAKSONO DAN KAWAN-KAWAN PUN MENCOBA MENJAWAB PR BESAR INI MELALUI WORKSHOP GALERI FOTO JURNALISTIK ANTARA XV  DENGAN TEMA “ENORMOUSIGHT”.

“ENORMOUSIGHT”, yang bisa berarti melihat sesuatu lebih luas dan menyeluruh. Metafora ini yang dipegang Adhi Wicaksono sejak awal hingga berlangsungnya workshop, atas dasar hasrat untuk mewujudkankarya yang memiliki fungsiAdhi berusaha mengambarkan pesan sosial/ human interst, lewat sosok Merry Olivia, seorang wanita 31 tahun yang didiagnosa memiliki kekurangan fisik: Tuna wicara, spatik, mental retardasi dan cerebral palsy. Jelas penjiwaan disertai konsep yang baik menjadi aspek penting dalam setiap pemotretan atas nama ENORMOUSIGHT.

Mungkin ada yang membayangkan bahwa ENORMOUSIGHT berlangsung semata-mata atas agenda tetap dan tradisi setiap peserta workshop GFJA mengenai perkuliahan fotografi dasar (Kelas dasar hingga tingkat akhir), sehingga hal itu pun Adhi Wicaksono lakukan. Itu tidak tepat. Dalam praktiknya , Adhi menjalankan konsep yang matang dan menerapkan pendekatan kolektif ketimbang pendekatan tunggal. Alhasil, Output dari ENORMOUSIGHT adalah refleksi dari siapa saja yang berbagi kehidupan dengan Adhi. Hal ini bisa dilihat pada katalog ENORMOUSIGHT -  Profil GFJA XV; “…Allah SWT Yang Maha Esa,Kedua orang tua, GFJA beserta isinya, kawan-kawan persahabatan, Wisma Tuna Ganda, Ibu suci dan seluruh Staf, Kawan-kawan penghuni wisma, Bapak Boy Yusmanto…” Adhi menyebut mereka sebagai rekan kerja, Adhi memuji mereka sebagai orang-orang yang mendukung suksesnya ENORMOUSIGHT dan patut diteladani. Meski memang tidak bisa disangkal, ADHI WICAKSONO sendirilah yang seolah menjadi DEWI FORTUNA yang menuntun sejumlah orang untuk mencari jawaban-jawaban atas realita kehidupan lewat WAJAH SEORANG PEJUANG, termasuk saya secara pribadi.
 
APA YANG MENJADI SPESIFIKASI DAN GAYA DALAM SETIAP PEMOTRETAN KARYA MAS‘ADHI?

Apa yang menjadi gaya dalam setiap pemotretan karya saya?hmm..sebenarnya saya tidak memiliki spesifikasi khusus dalam setiap pemotretan. Baik tokoh, penamaan atau gayasaya lebih banyak mencari referensi dari luar dan dalam negeri sebagai acuan, lewat buku-buku atau search di internet. mungkin di indonesia lebih ke documentary/ history, jadi natural saja

 
MENGAPA ANDA MEMILIH WAJAH SEORANG PEJUANG SEBAGAI PRIMARY INTEREST?
Nah milih Merry itu! setelah beberapa kali ke Wisma Tunaganda sambil mengamati pasien-pasien disitu, saya melihat seorang wanita yang menurut penglihatan saya dan pengamatan selama berada di Wisma Tunaganda memiliki semangat yang kuat untuk mandiri dengan keadaan dia yang seperti itu. Akhirnya nanya-nanya dulu ke pengurus Wisma tentang siapa wanita itu, apa penyakit yang dideritanya, sudah berapa lama dia disini, akhirnya saya berpikir bahwa kemandiriannya dia itu banyak terbentuk oleh berbagai hal, awalnya dari dianya sendiri, lingkungan sekitar dan usia.
Bayangkan begitu selesai terapipasien yang lain langsung di taruh di kursi, kasur, di gendong, ada yang ditaruh di kursi roda,di tenteng pengasuhtapi tidak dengan merry dia berusaha merayap sendiri,terkadang berguling-guling agak lama memang, begitu juga ketika selesai makan tanpa ditenteng oleh pengasuh merry bergerak dengan inisiatif sendiri menuju ruangan sebelah meski harus guling-gulingan, bahkan dari pagi sampai menjelang malam seletelah saya amati ternyata saya baru tau..dia bisa merangkak naik ke tempat tidurnya tanpa ada bantuan…nah! Dari situlah saya memilih tema WAJAH SEORANG PEJUANG.
 Awalnya gini ! jadi sebenarnya salah satu tugas akhir di kelas dasar adalah foto single dan foto story. ketika akan diangkat buat pameran, pengajar saya bilang: bahwa ada beberapa karya saya di Wisma Tunaganda yang layak untuk diangkat, cuman waktu itu saya sempat binggungmau ngangkat Wisma Tunaganda atau pasien di wisma tunagandaakhirnya setelah saya ngobrol-ngobrol lagi, dikasi masukkan,referensi, mulai ada gambaran
Sebelumnya saya sedikit ragu, karena belakangan saya baru tahu bahwa salah satu pemenang lomba foto Tempo (juara II kalo ngk salah, sekitar tahun 2008) mengambil lokasi yang sama Wisma Tunaganda saya berpikirwaduh!orang baru liat jugakan, tahun 2008 kan baru kemarin, ngerinya…kayak basi jugalah, tapi…,okelah!udah dikasih kesempatan buat bikin story…,ngk semua orang dapat kesempatan disitu…”
akhirnya saya memilih untuk fokus ke satu orang, cuman lagi-lagi binggung mau pilih pasien yang mana?...nah kebetulan yang terlihat didepan mata ada satu orangitu namanya DIMAS…, itu dia aktif bangat dan cepat dekat sama orangtapi salah satu penyakitnya itu hyperaktif…(saya lupa detail penyakitnya apa saja,cuman salah satu penyakitnya hyper aktif) jadi disitu saya sempat berpikir ini pasti bisa jadi kendala,…karena terlalu banyak aktifitas, gerak-gerak, akan merepotkan saat pemotretan….


MENURUT MAS‘ADHI APA YANG MEMBUAT FOTO HUMAN INTEREST MENARIK?
Bicara soal Human Interest, bicara soal selera harus ada ketertarikan tentang human interest, jadi secara pribadi saya memang tertarik dengan tema itu... Selain itu tema sosial itu seumur dengan kehidupan manusia, artinya selama masih ada kehidupan, manusia terus berkembang, selama itu pula human interest akan menjadi tema sosial yang akan terus di angkat, meski terkadang terasa basi, karena mengangkat tema itu-itu saja (seputar kehidupan sosial)
 
BERAPA LAMA WAKTU PENGERJAAN SELAMA DI WISMA TUNAGANDA?
Pertama sebelum pemotretan photo story saya dua kali kesitu, sekedar snapshoot saja, baru setelah ketemu pembimbing dan diarahkan lagi untuk lebih fokus, baru saya empat kali ke wisma tunaganda untuk pengamatan sekaligus motret-motret, sekali waktu (saya lupa pasti, hari dan tanggalnya) saya kembali ke wisma tunaganda hanya untuk ngobrol bersama pengasuh di wisma tunaganda. Ada juga, pernah skali waktu saya harus datang pagi-pagi hanya ingin tau apa yang merry lakukan pada pagidia bangun pagi kayak gmana? Ternyata pas dia lagi datang bulan, jadi dia lebih banyak diam sepanjang hari, ngk latihan, teraphy, belajar, hanya duduk di ruangan dengan sebuah kursi, hanya duduk aja sepanjang hari, sambl nonton tv, akhirnya saya cuman duduk-duduk sambil ngobrol bersama pengasuh, tapi justru hari itu saya berhasil dapat dua foto
JADI BISA DIKATAKAN SELAMA PROSES PEMOTRETAN, SALAH SATU KENDALA TEKNIS YANG DIHADAPI MAS‘ADHI ADALAH BAGAIMANA MENGEMBANGKAN TEKNIK MEMOTRET, DENGAN MELIHAT KONDISI DIA YANG TIDAK BANYAK BERAKTIVITAS…SEDANG DATANG BULAN...!
Ya! Memang agak sedikit sulit bahkan sempat timbul ketakutan kalo-kalo foto yang dihasilkan terkesan monotondimana dia (merry) hanya diam seharian di ruangan dan kursi yang sama
 
 DALAM WAJAH SEORANG PEJUANG BANYAK PESAN VISUAL YANG MAMPU MENARIK RASA INGIN TAHU, BAGAIMANA MAS MENANGGAPINYA?

Kalau saya melihatnya seperti ini, ya ini mungkin agak di luar teori (anggapan saya pribadi)…begini, ketika bikin foto story ada dua hal yang bisa dibilang jadi penentu; konsepnya sendiri /temanya dan atau satu lagi itu, tehnik pengambilannya/ visualnya itu sendiri. Baik komposisi, warna, angel atau apapun itujadi apa yang membuat orang tertarik gituh kan! kalo temanya menarik pasti  orang akan berhenti dan mengulas foto story tersebutsebagai contoh

MENGAPA FOTO JURNALISTIK BEGITU MENGILHAMI MAS’ADHI DALAM BERKARYA? 
Awalnya saya banyak melakukan snapshot tentang berbagai hal, mulai dari meminjam kamera teman sampai saya dapat membeli kamera sendiri. Namun selama saya melakukan pemotretan-pemotretan itu! Kok, saya ngk suka dengan hasil jepretan saya, wah,tidak merasa nyaman, bukan jalan saya inisampai suatu ketika saya bertemu dengan seorang fotografer jurnalistik dan disitu saya di tunjukkan foto-foto jurnalistik dan itu ternyata bukan saja seperti yang biasa saya liat di koransaya biasa mengatakan bahwa foto jurnalistik itu dinamis, kita ngk mengset objek, kita ngk mengset kejadian, lokasi, tapi dapat menghasilkan foto yang tidak kalah menarik dengan foto-foto yang lain, seperti foto model… bahkan kalo kita dapat melihat lebih jauh; seperti pencahayaan mungkinfoto jurnalistikpun punya warna tersendiri yang tidak kalah menarik  dengan foto model…hal-hal ini yang mengilhami dan menguatkan saya untuk memilih menjadi foto juranalisitik dalam setiap karya saya...


MENURUT MAS‘ADHI, KENAPA FOTO JURNALISTIK LEBIH DOMINAN HITAM/PUTIH?
..nah! sebenarnya dalam foto jurnalistik tidak hanya di dominasi warna hitam dan putih, ada juga yang berwarna/ color, semua tergantung konsep kalau dari awal konsep yang dibangun mengharuskan warna hitam putih ya! Hasil eksekusi fotonya pun akan hitamputih begitu pun sebaliknya dengan foto berwarna

APA YANG INGIN MAS SAMPAIKAN DENGAN KONSEP HITAM PUTIH PADA FOTO-FOTO MERRY?
Saya ingin membangun mood dari pengunjungsehingga memberi kesan tersendiri baik tentang merry maupun foto secara keseluruhanseperti konsep awal yang saya bangun
  
semua berhubungan dengan konsep


LENSA & KAMERA APA YANG MAS GUNAKAN SELAMA PEMOTRETAN? 
Owwlensa kit, karena jujur waktu  mau ngambil proyek inisaya mendapat musibah, satu set kamera bersama lensa-lensanya hilang, akhirnya saya beli baru lagi, cuman baru bisa beli bodynya doang, akhirnya lensa saya pinjam ke teman hahaha…camera yang saya gunakan adalah canon EOS 40 D

SIAPA YANG MENJADI ACUAN MAS‘ADHI DALAM BERKARYA ?
Kalau acuanjujur, saya banyak melihat website luar maupun dalam negeri, mencari referensi dari buku-buku, majalah fotografi import juga yang dalam negeri, kalau orang perorangan saya tidak terfokus ke mereka karena setiap fotografer pasti memiliki gaya sendiri-sendiri dan pasti berubah tergantung kondisi dan keadaanjadi mungkin saya lebih melihat cara dan gaya mereka dalam berkarya tanpa harus terfokus pada mereka.
 
KEDEPAN, APAKAH MAS‘ADHI BERNIAT UNTUK MELAKUKAN HUNTING KE TEMPAT LAIN, DILUAR JAWA?
Hahahaya sebenarnya dari dulu saya rindu untuk ke NTT, karena ada seorang teman yang kebetulan tinggal di NTT…saya ingin melihat lebih dalam lagi salah satu budaya dari desabuti?bunti?(kalo ngk salah, saya lupa nama lengkapnya), yang kehidupan budayanya masih tradisional! Sekaligus hunting-huntinglah

PERTANYAAN TERAKHIR, KIRA-KIRA MAS’ADHI PUNYA PESAN ATAU SARAN BUAT FOTOGRAFI PEMULA, OTODIDAK ATAU YANG INGIN MENJADI FOTOGRAFI JURNALISTIK?
 
Yang pasti sharing…karena saya merasakan bahwa dengan sharing kita dapat mengetahui hasil foto kita, kekurangan-seharusnya gimana, sehingga bisa di jadikan acuan untuk karya-karya  selanjutnya, karena setiap orang memiliki selera masing-masing, maka kita dapat menyerap mana yang cocok dengan kita dan mana yang tidak cocok. Jadi jujur sharing itu penting

adhi wicaksono
 

Add caption
-rileks-


Komentar

Postingan Populer